
Kenapa Pertanian Terpadu?
Pertama, karena kita memiliki lahan yang sangat luas. Kedua, jumlah petani kita itu banyak dan pengalaman. Mereka sudah turun temurun melakukan pertanian. Ketiga, sekarang ini kita mengahadapi tantangan serius soal ancaman krisis pangan. Suplai bahan makanan itu sekarang terhambat karena adanya krisis yang terjadi belakangan ini terjadi. Satu disebabkan Pandemi Covid-19 dan geopolitik antar dua negara yaitu Rusia dan Ukraina.
Akibat krisis itulah maka suplai bahan baku yang biasanya datang cepat jadi terhambat. Akibatnya harga-harga meningkat tidak terkecuali pupuk. Pak Presiden Joko Widodo membahas persoalan pupuk ini di G20. Jika tidak disikapi cepat maka krisis pangan itu terjadi. Sebagaimana diketahui bahwa pupuk ini masih ada komponen impor yang ada di dalamnya.
Kita lihat selama ini petani kita gurem. Tanahnya sikit-sikit, bagus kalau mereka terintegrasi. Ini tidak. Mereka pisah-pisah. Oleh karena itu karena kita memiliki lahan yang luas maka kita gabungkan beberapa pertani.
Di Parbuluan V, Kecamatan Parbuluan kita buat pencanangan baru 22 hektar dan jumlah petaninya baru 227 petani. Kita gabungkan menjadi satu. Kita operasikan alat berat bahkan kita operasikan teknologi. Kita bisa tanam multi komoditi sehingga bisa menyeimbangkan satu sama lain. Untuk tahap awal ini kita akan menanam cabai. Tapi di sebelah sana (atas) kita menanam bawang dan kentang. Kita terintegrasi dan terpadu.
Dengan keterpaduan ini kita bisa mengundang stakeholder lain, perbankan masuk, lalu Kredit Usaha Rakyat (KUR), lalu offtaker masuk. Melihat potensi ini mereka nyaman. Itulah sebabnya maka kita padukan mereka. Mohon doa bapak ibu semua acara besok penanaman perdana di lokasi Kawasan Pertanian Terpadu yang dihadiri langsung Gubernur Sumut bapak Edy Rahmayadi berjalan dengan baik. Amin.
#dairiunggul #temanekab #ekabcenter #eddyberutu.id